Jember, kabarejember.com
Masih ingat Hepinar, Helm Pintar yang dapat mendeteksi lelah dan kantuk pemakainya ? Helm pintar karya mahasiswa Fakultas Teknik dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember ini kini mendapatkan penghargaan di ajang International Invention and Innovative Competition (IIIC) 2019 di Malaysia yang digelar oleh Mediate Nexus and Nuture a Fast (MNNF) Network tanggal 27-28 April 2019 lalu. Karya ketiganya mendapatkan medali perak dalam ajang yang melombakan penemuan kreatif di kalangan mahasiswa di kawasan ASEAN.
Menurut ketua tim Hepinar, Kukuh Priambodo, keikutsertaan mereka di Malaysia berawal dari masukan yang diberikan oleh dewan juri saat mereka berlaga di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2018 lalu.
“Di ajang PIMNAS 2018 Hepinar gagal mendapatkan juara, salah satunya karena dinilai memiliki efek negatif radiasi bagi pemakai, kemudian sistem fuzzy logic-nya masih perlu penyempurnaan. Jadi sepulang dari ajang PIMNAS 2018 kami berusaha memperbaiki helm pintar kami. Setelah dirasa sudah oke kami jajal untuk ikut di ajang IIIC dan alhamdulillah mendapatkan medali perak,” ujar Kukuh yang mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik ini.
Kukuh bermitra dengan koleganya sejurusan, Malikul Fanani dan Iklil Sulaiman dari Fakultas Kesehatan Masyarakat. Mereka bertiga ditemui di lantai dasar gedung CDAST hari Jumat (31/5).
Seperti yang telah diketahui, ketiganya menciptakan helm pintar atau Hepinar yang dapat mendeteksi kelelahan dan rasa kantuk pada pemakainya. Hepinar dilengkapi sensor otak dan sensor denyut nadi. Hepinar juga dilengkapi fasilitas pengurang kecepatan secara otomatis karena terkoneksi dengan sepeda motor.
Bahkan, jika pemakai Hepinar mengalami kecelakaan, maka perangkat yang ada di helm pintar secara otomatis akan mengirimkan pesan pendek (SMS) posisi pemakai Hepinar ke kerabat si pengendara. Harapannya kerabat pengendara motor bakal tahu posisinya dan segera mengusahakan pertolongan.
“Perbaikan besar yang kami lakukan adalah pemasangan lapisan alumunium di dalam helm untuk mengurangi radiasi. Dari pengukuran yang kami lakukan, tingkat radiasinya hanya lima mikrotesla, lebih kecil dari radiasi telepon genggam. Kedua, kami memperbaiki sistem fuzzy logic-nya sehingga lebih akurat saat mengukur denyut otak dan denyut nadi sebagai salah satu tanda kelelahan dan rasa kantuk,” imbuh Iklil Sulaiman.
Perbaikan yang mereka lakukan ternyata membawa hasil, terbukti dengan medali perak yang mereka bawa ke Kampus Tegalboto. Sementara medali emas diraih oleh tim Universiti Teknologi Mara Malaysia, sedangkan medali perunggu disabet tim Universitas Sumatera Utara.
Uniknya, Hepinar menjadi perhatian para peserta lainnya di ajang International Invention and Innovative Competition (IIIC) 2019. “Dewan juri bertanya akan dijual dengan harga berapa Hepinar ini ? Ada juga kolega dosen, peserta lainnya serta staf Petronas Malaysia yang berkunjung ke meja kami. Mereka tertarik dengan inovasi kami. Yang paling tertarik yah dari Petronas, bahkan meminta alamat surat elektronik kami sebab ingin tahu lebih lanjut terkait Hepinar,” cerita Malikul Fanani.
Selanjutnya, ketiganya berniat mengajukan hak paten atas Hepinar, dan menjalin kerjasama dengan produsen kendaraan bermotor. Paten perlu mengingat inovasi mereka sudah diminati oleh beberapa pihak. “Kami ingin mengajukan inovasi kami ke produsen kendaraan bermotor, pasalnya Hepinar ini terkoneksi langsung dengan sepeda motor, bahkan sepeda motor tidak bakal bisa dinyalakan jika tidak memakai Hepinar hingga meminimalkan pencurian kendaraan bermotor,” pungkas Kukuh Primabodo. (mia/iim/hms)