Jember,Kabarejember.com
Menyambut malam Nuzulul Quran, ratusan mahasantri Ma’had Al Jami’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember, Selasa (21/5) malam, menggelar acara khotmil Quran dan pengajiam umum keagamaan. Kegiatan tersebut dipusatkan di Masjid Sunan Kalijaga.
Kegiatan tersebut mengambil tema “Kebersamaan dalam Keragaman” dan dihadiri langsung Wakil Bupati Jember, KH Abdul Muqit Arief, yang sekaligus memberikan tausiyah kepada mahasantri.
Direktur Ma’had Al Jami’ah IAIN Jember, Fathorrahman JM, tema sengaja tersebut sengaja dipilih untuk meneguhkan posisi mahasantri sebagai agen Islam Rahmatan Lil Alamin, yang diserukan oleh para wali yang dapat dilihat dalam konsepsi Islam nusantara.
“Kampus kita memiliki visi besar, yakni menjadi pusat kajian dan pengembangan Islam Nusantara. Nah, tema pengajian malam ini sangat tepat karena sudah sesuai dengan visi kampus kita,” katanya.
Menurut dia, ciri khas dari Islam Nusantara adalah menampilkan wajah Islam yang moderat, serta menghargai perbedaan. “Bukan Islam yang marah, sehingga menampakkan wajah bengis,” terang Fathor.
Untuk itu, Fathor berharap kepada seluruh mahasantri yang saat ini sudah memasuki hari libur, agar selama berada dirumah juga menyebarkan nilai- nilai Islam Nusantara di lingkungan sekitarnya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hefni Zein, berharap agar mahasantri dapat memposisikan dirinya sebagai insan yang ulul albab. “Mahasantri harus mampu berpikir, berzikir dan beramal shaleh dengan ilmu yang mendalam dan dengan hati yang jernih,” katanya.
Hefni menambahkan, ada lima nilai dasar yang terdapat di pesantren, yang kemudian dikenal dengan panca jiwa. “Lima nilai itu diantaranya kemandirian, kesederhanaan, keikhlasan, kemerdekaan, dan persaudaraan. Lima nilai itu hanya ditemukan dan diajarkan di pesantren,” katanya.
Untuk itulah, dia berharap agar mahasantri bisa mengamalkan lima nilai tersebut dalam kehidupan sehari- hari.
Sementara, dalam ceramahnya, Wakil Bupati Jember, Abdul Muqit Arief, mengatakan, tema kebersamaan dalam keragaman sangat ditepat untuk diangkat, terutama untuk sekarang. “Keragaman tersebut telah diajarkan di dalam Islam sendiri, sebagaimana Firman Allah yang menyatakan bahwa seluruh yang ada di dalam ini diciptakan dalam kondisi beragam, ada yang laki- laki ada yang perempuan, dengan satu tujuan yakni saling mengenal dan bersikap bijaksana,” katanya.
Persoalannya, lanjut Muqit, banyak yang mengerti tentang keragaman tersebut, apalagi di Indonesia yang terdiri dari ribuan suku dengan ratusan bahasa, namun tidak arif dan bijaksana dalam menyikapinya. “Itu semua karena mereka tidak arif dan bijaksana dalam menyikapi keragaman tersebut,” tambahnya.
Untuk itulah, Muqit juga berharap kepada Mahasiswa IAIN Jember untuk bersikap arif dan bijaksana dalam menyikapi keragaman serta perbedaan yang ada di tengah- tengah masyarakat. (mia/win/hms)