NASIB Ngenes Artis Dangdut Jadi Korban Pinjol, Niat Cari Modal Usaha Malah Diteror, Data Pribadinya Disebar! -->

NASIB Ngenes Artis Dangdut Jadi Korban Pinjol, Niat Cari Modal Usaha Malah Diteror, Data Pribadinya Disebar!

07 January 2024,



Masih ingat Veri juara Akademi Fantasi Indosiar (AFI) tahun 2003?

Sosoknya memang sudah tak sepopuler dulu, namun Veri AFI masih aktif bermusik.

Baru-baru ini pria asal Medan, Sumatera Utara tersebut ditimpa apes.

Pasalnya, Veri AFI diteror terkait pinjaman online alias pinjol.

Padahal ia baru mengunduh aplikasinya saja, belum sampai melakukan pinjaman.

Oknum aplikasi pinjol itu mengancam akan menyebar data pribadi Veri.

Dilansir TribunStyle.com dari Tribunnews.com pada Sabtu, 6 Januari 2024, Veri kemudian membuat laporan polisi.

"Kita dari kuasa hukum mas Veri AFI mendatangi Polres Kabupaten Bogor untuk membuat laporan terkait ilegal akses yang dialami klien kami sejak bulan Desember 2023 hingga hari ini," kata Mila Ayu selaku kuasa hukum Veri AFI, Kamis (4/1/2024).

Laporan tersebut akan memasukkan Pasal 32 Jo Pasal 48 UU No 11 Tahun 2008 Jo UU No 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektonik (ITE) dan atau Pasal 367 KUH Pidana Tentang Pengancaman Oknum perusahaan Fintech terhadap nasabah dan atau pasal 29 Jo pasal 45 UU ITE tentang Penagih Utang Menyebarluaskan Data Debitur.


Kronologi

Veri AFI awalnya sedang mempersiapkan usaha.

Ia kemudian mengunduh aplikasi pinjaman online alias pinjol.

Veri AFI berniat mempelajari terlebih dahulu aplikasi pinjol tersebut untuk berjaga-jaga seandainya kelak membutuhkan modal.

"Saya tidak tahu mana yang legal dan mana yang ilegal, dan apa bahayanya pinjol ilegal selain bunga yang tinggi," kata Veri AFI.

Setelah mengunduh aplikasi pinjol, Veri lantas melakukan verifikasi.

Namun ia mengurungkan niat untuk meminjam uang karena tenor yang sangat besar.

Belakangan terkuak kalau data pribadinya telah tersimpan pada aplikasi pinjol tersebut.

Data pribadi itulah yang kemudian dijadikan 'senjata' oknum aplikasi pinjol untuk mengancamnya.

Veri AFI diteror tagihan padahal tidak meminjam uang.


"Mulai dapat teror tagihan fiktif pertama itu tanggal 14 Desember.

Awalnya saya pikir hanya percobaan oknum biasa, lalu ketika saya abaikan dia mulai mengirimkan data foto KTP dan foto wajah," urai Veri.

"Di situ saya merasa ini mulai serius. Saya tanya kapan pinjamnya karena saya tidak pernah meminjam dan tidak pernah dengar nama aplikasinya," lanjutnya.

Khawatir data pribadinya bakal disebar, Veri AFI sempat berniat membayarnya.

Namun keesokan harinya, penyanyi kelahiran 7 Januari 1983 itu malah mendapat tagihan fiktif lainnya.

Bahkan, ia juga menerima transferan sejumlah uang yang tidak jelas.

"Di hari itu saya menemukan satu aplikasi induk dengan nama KREDIT DIGITAL, di dalamnya saya memiliki satu aplikasi pinjaman dengan nama produk/pendanaan/aplikasi MUDAH CEPAT," kata Veri.

"Terus dia mengancam akan sebar data dan mengancam akan memanipulasi data saya di banyak aplikasi," sambungnya.

"Di sini dia mengakui/membocorkan cara kerja liciknya.  Akhirnya saya mentransfer uang sejumlah Rp 1.800.000," imbuhnya.


Setelah dikembalikan uang yang masuk ke rekeningnya, Veri lebih lanjut mengecek aplikasi induk KREDIT DIGITAL dan hasilnya dia menemukan dua aplikasi pendanaan yang mencatat pinjaman fiktif yaitu Mudah Cepat dan Uang Bank.

Veri menyimpulkan aplikasi tersebut dapat memasukkan data orang lain ke beberapa aplikasi lainnya untuk disebar.

"Bisa beneran mentransfer uang ke rekening kita tanpa persetujuan kita, bisa juga tidak transfer tapi di aplikasi dimasukkan data pinjaman," ungkapnya.

Kasus teror debt collector akhir-akhir ini semakin jadi sorotan di Indonesia.

Seperti yang terjadi pada sosok pria bernama K.

Nahasnya K disebut tewas mengakhiri hidupnya sendiri usai diteror secara berlebihan oleh debt collector pinjol.

Tapi hal tersebut bisa saja satu dari seribu.


Namun nyatanya kasus teror juga terjadi pada seorang pria yang mengaku kena teror oleh debt collector pinjol ini.

Padahal pria tersebut mengaku bahwa tak berutang pada pinjol tersebut.

Dalam laporannya, suami istri ini mengaku diteror oleh debt collector karena tak jadi meminjam uang ke pinjol tersebut.

Dilansir World of Buzz dari Oriental Daily pada Kamis, (21/9/2023) pria berusia 29 tahun yang bekerja di Singapura ini mengalami teror pembakaran.

Pembakaran tersebut diduga dilakukan oleh para debt collector yang merasa tersinggung karena tak jadi diutangi.

Dalam video yang dibagikan, terlihat 2 kali sisi luar rumah suami istri ini dibakar oleh orang tak dikenal diduga debt collector dari pinjol.

Ia mengaku sempat meng-klik tautan permohonan pinjaman di pinjol, tetapi kemudian mundur sebelum mengonfirmasi pinjaman.

Kronologi kejadian

Semua bermula di bulan Mei 2023 lalu, ketika si pria tersebut memutuskan untuk menjajaki beberapa opsi pinjaman online.

Ia mengaku sempat memeriksa beberapa link pengajuan pinjaman online.

Saat konferensi pers, istri dari pria tersebut menyebut bahwa mereka ingin meminjam uang sekira SGD 10,000 (Rp 112 juta).

Meskipun sudah membaca syarat dan ketentuan dan tinggal beberapa klik untuk meminjam, si pria akhirnya memutuskan untuk membatalkan pinjaman karena dianggap mencurigakan.

Pria tersebut lalu mendapat telepon dari pihak pinjol setelah mereka berhasil mendapatkan data pribadinya.

Oknum dari pinjol malah justru meminta si pria ini untuk SGD 2,000 (Rp 22 juta) untuk biaya pemrosesan karena membatalkan permohonan pinjaman.

“Pihak pinjol mengklaim biaya penanganan bisa dicicil."

"Tanpa mencurigai adanya penipuan, suami saya terlebih dahulu mentransfer SGD 200 (Rp 2 juta) ke rekening bank yang ditunjuk."

"Namun setelah transfer, pihak pinjol mengaku belum menerima uangnya, sehingga suami saya menolak membayar lagi."

"Kami sudah tidak ada uang lagi,” ungkap sang istri.

Lalu setelah gagal pembayaran, suami istri ini justru mendapat teror telepon dari pinjol tersebut.

Bahkan diduga mereka mengancam akan menculik 2 anak mereka.

Mereka kemudian juga membakar sisi luar rumah pasutri ini sebanyak dua kali, yaitu pada tanggal 11 September (Senin) dan 15 September (Jumat).

Beruntung kedua api tersebut berhasil dipadamkan dan tidak ada korban jiwa.

Namun yang membuat semua ini semakin konyol adalah si oknum pinjol kemudian menelepon si wanita dan meminta uang sebesar SGD 3,000 (Rp 33 juta) sebagai 'biaya' mengirim orang untuk membakar rumah mereka.

“Saya dilecehkan oleh para debt collector, termasuk ibu, suami, saudara perempuan, dan ibu mertua saya semuanya terlibat."

"Saya berhenti dari pekerjaan karena khawatir dengan keselamatan saya sendiri dan anak-anak saya, bahkan anak-anak tidak bisa masuk sekolah lagi,” tambahnya.

Istrinya telah membuat 3 laporan polisi sehubungan dengan masalah ini.

Mereka berharap konferensi pers ini bisa menjadi cara agar para debt collector berhenti mengganggu keluarganya.

“Suami saya telah mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai pembuat roti dan berencana segera kembali ke Malaysia untuk menangani masalah ini,” jelasnya.(style.tribunnews.com)

TerPopuler

close