Jember, Kabarejember.com
---- Pada kunjungan ke Universitas Jember (UNEJ), Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas, Prof. Bambang Brodjonegoro, pada hari Rabu (31/7), didampingi Rektor Universitas Jember Drs. Moh. Hasan, M.Sc, Ph.D. meninjau stand pameran yang menunjukkan peran UNEJ dalam pembangunan pertanian inklusif.
Dengan visi yang berwawasan lingkungan, bisnis, dan industri pertanian, UNEJ bekerjasama dengan Bappenas mengembangkan ilmu, teknologi dan seni yang mendorong inklusivitas pembangunan pertanian. Dalam program Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF), UNEJ memberdayakan Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo sebagai Pusat Batik Warna Alam Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), melalui peningkatan kapasitas sumber daya manusia, manajemen, permodalan dan akses kepada pasar sekaligus memanfaatkan kekayaan alam TNMB sebagai pewarna alami. Pemberdayaan masyarakat tepi kawasan hutan sekaligus mendorong pelestarian hutan. Melalui proyek IDB, UNEJ mengembangkan bioteknologi pembibitan tebu yang tahan cekaman kekeringan dan industrialisasi produk singkong dari lahan marginal, sehingga pemanfaatan lahan tersebut menjadi lebih optimal dan masyarakat menjadi lebih berdaya.
Dalam penjelasannya, Rektor UNEJ mengatakan bahwa pembangunan sektor pertanian di Indonesia mempunyai tiga dimensi sekaligus, yaitu kedaulatan pangan, kesejahteraan nasional, dan pemerataan pembangunan. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 260 juta jiwa, kebutuhan pangan sangat tinggi dan memerlukan perhatian khusus agar kedaulatan pangan tercapai. Pembangunan sektor pertanian perlu untuk diarahkan agar produksi pangan nasional dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Pembangunan pertanian juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian bangsa. Sektor pertanian telah berperan dalam pembentukan product domestic bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, penciptaan kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) terkait pertumbuhan ekonomi Triwulan II Tahun 2018 yang menyatakan kontribusi pertanian pada laju partumbuhan PDB mencapai 13,63 %. Sektor pertanian mempunyai efek pengganda (multiplier effect) yang besar melalui peningkatan input-output-outcome antar industri, konsumsi dan investasi. Hal ini terjadi secara nasional maupun regional karena keunggulan komparatif sebagian besar wilayah Indonesia adalah di sektor pertanian.
Namun demikian, diharapkan pembangunan pertanian tidak salah arah, karena dapat meningkatkan eksklusivitas pembangunan yang berakibat meningkatkan kesenjangan, seperti strategi pembangunan pertanian yang terkonsentrasi pada 3 (tiga) komoditi Pajale (Padi Jagung Kedelai), sehingga kurangnya perhatian pada lahan marginal yang luasnya mencapai 60 persen dari lahan pertanian Indonesia. Dengan demikian, pembangunan pertanian yang inklusif perlu didorong agar tercapai kedaulatan pangan, dan kesejahteraan nasional tanpa menimbulkan kesejangan baik wilayah maupun kelompok masyarakat yang menuju pemerataan hasil pembangunan. (Mia/ulu/hms)